Jumat, 14 Oktober 2011

kloning

Teknologi kloning secara garis besar adalah :

Diawali dengan proses pengambilan sel telur indukan (media) kemudian sel telur tersebut dihilangkan nukleusnya (inti sel). Hal ini dikarenakan, setiap informasi sifat individu ada di dalam inti sel. Setelah inti sel dikeluarkan, diambillah sel sample dari makhluk (dari mana saja, misal kulit, telinga) yang ingin dikloning dan kemudian dipisahkan antara nukleus dan badan selnya. Nukleus hasil pemisahan tersebut ditanam ke dalam media (sel telur indukan).

Selanjutnya, media dengan nukleus baru tidak akan menjadi embrio (bakal makhluk baru) jika tidak dibuahi sperma. Tapi kalau dibuahi oleh sperma, maka akan terjadi crossing DNA dan namanya bukan kloning berarti. Jadi, bagaimana satu sel telur ini bisa secara individu menjadi sebuah embrio tanpa adanya crossing DNA.

Di sini ada beberapa teknologi yang digunakan dan yg paling populer adalah memancarkan radiasi nuklir ke media tersebut, sehingga terpicu untuk membelah diri dan menjadi embrio. Setelah embrio tercipta, embrio ini ditanam dalam rahim media yang cocok pula, misal kloning kambing yang di rahim kambing, kloning unta ya di rahim unta. Namun dimungkinkan pula apabila menggunakan rahim non makhluk sejenis.


Pemanfaatan kloning : jika ada makhluk hidup yang memiliki sifat fisik yang bagus maka bisa diregenerasikan dengan sifat yang sama kepada anak2nya dengan metode kloning. Atau juga menciptakan makhluk-makhluk hibrida dengan cara mengumpulkan indukan yang memiliki sifat-sifat positif dan membuang yang negatif.

Kontroversi yang muncul : makhluk yang tercipta memiliki sifat yg sama dengan induknya, jadi dunia ini akan terasa sangat monoton bila kloning digeneralkan. makhluk yang tercipta dapat direkayasa sehingga menjadi makluk super yang justru menimbulkan diskriminasi. Kemungkinan, pada generasi selanjutnya, makhluk hasil kloning akan mengalami deformasi atau mutasi sehingga ada kerusakan pada individu tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar